REKAMAN KEINDAHAN LATAR ATAU
SETTING NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO
Danang
Febrianto
FS-110211413101
Dalam
istilah “cerita fiksi” terdapat kata “cerita” dan kata “fiksi” atau biasa
disebut dengan rekaan. Sebenarnya semua cerita mestinya adalah rekaan. Namun
pada saat ini, banyak juga cerita yang bukan fiksi, atau biasa disebut cerita
nyata. Hal ini meluas dari cerita fiksi pada dahulunya yang hanya menciptakan
cerita yang rekaan atau fiksi. Cerita yang seperti itu disebut cerita
non-fiksi. Banyak sekali cerita non-fiksi yang telah diciptakan oleh para
pengarang.
Cerita
fiksi tidak bisa terlepas dari unsur-unsur yang membentuknya. Mulai dari unsur
intrinsik, yaitu unsur yang berasal dari dalam tubuh cerita fiksi, dan unsur
ekstrinsik, yaitu unsur yang berasal dari luar isi dan bentuk cerita fiksi.
Unsur intrinsik merupakan kata yang sering kita dengar jika berurusan dengan
cerita fiksi. Yaitu bagian dari tema, tokoh dan penokohan, setting atau latar,
gaya bahasa, alur, serta amanat.
Salah
satu yang merupakan faktor terpenting dalam isi cerita fiksi adalah tentang
penggunaan setting atau latar. Faktor pemilihan setting dan latar sangat
penting guna menghidupkan dan meyakinkan
pembaca serta menciptakan keindahan yang akan membuat pembaca lebih tertarik
dengan cerita fiksi tersebut.
W.H. Hudson (1960:158) menyatakan
bahwa setting adalah keseluruhan lingkungan cerita yang meliputi adat istiadat,
kebiasaan dan pandangan hidup tokoh. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
jika setting merupakan unsur intrinsik yang juga penting dalam pembuatan cerita
fiksi. Karena setting atau latar bisa menghidupkan dan memberi warna serta
memperkuat kesan-kesan yang akan membantu alur cerita yang ada di dalamnya.
Kekuatan
penggambaran setting atau latar dapat kita ketahui jika pada saat membaca kita
seolah-olah bisa masuk dan ikut merasakan suatu hal dalam cerita tersebut. Seperti
jika kita pernah membaca novel karya N.H Dini berjudul Pada Sebuah Kapal. Cerita tersebut dimulai dari kota Semarang,
Jakarta, Tokyo, Saigon, Marseiles. Di samping kota-kota itu masih banyak kota
lain yang berkaitan dengan tokoh utama cerita, yakni Sri.
Berkaitan
dengan paparan dan penjelasan di atas, setelah proses utama apresiasi prosa
fiksi yaitu membaca, kita dapat menyimpulkan jika setelah membaca kita akan
teringat oleh isi dan bentuk cerita dalam prosa fiksi tersebut. Meskipun tidak
sepenuhnya kita teringat dengan keseluruhan isi, namun kita akan masih teringat
oleh sesuatu yang membuat kita akan terus mengenangnya. Salah satunya yaitu
jika dalam prosa fiksi tersebut menggambarkan sesuatu yang sangat menakjubkan,
keindahan dan sebagainya. Dalam tulisan ini, akan dibahas tentang rekaman
setting atau latar tempat yang menunjukkan keindahan alam.
ANALISIS DAN INTERPRETATIF
Rekaman keindahan latar atau
setting
Keindahan
sebuah latar pada dasarnya bisa ditunjukkan pengarang lewat narasi, dialog, dan
monolog. Pada cerita prosa fiksi berjudul 5cm juga ada penggambarang latar atau
setting yang menunjukkan keindahan yang bisa membuat pembacanya terbayang dan
mengingatnya secara jelas.
“Daun-daun dengan bulir-bulir
air melekat sehabis hujan menyambut mereka. Lampu taman yang kekuningan membuat
suasana Secret Garden semakin merona
dan membuat pantulan yang indah di mata mereka. Sepasukan bintang pun menyambut
mereka kala mereka melihat langit hitam yang jernih di malam sehabis hujan ini.
Bau tanah basah hinggap sesaat di penciuman mereka, entah untuk yang beberapa
kali.” (Narasi halaman 17)
Penggalan
narasi ini merupakan salah satu rekaman keindahan tentang latar atau setting
dalam cerita fiksi berjudul 5cm yang menunjukkan suatu keindahan suatu tempat.
Secret garden merupakan tempat favorit dari lima sahabat jika mereka sudah
merasa bosan dengan suasana tempat nongkrong
di kawasan Jakarta.
Novel
dengan ketebalan 2,5 cm ini memang memiliki banyak sekali latar atau setting
yang menarik. Mulai dari sekolah, stasiun, perjalan di atas rel kereta, daerah
pedesaan, dan juga di kawasan pegunungan.
“Tempat favorit mereka adalah
di ujung lapangan basket dekat ring, karena di situ ada sangkar lampu yang udah
ngga terpakai, yang selalu dikasih
lampu lima watt. Karena selain lampu itu, semua lampu sekolah dimatikan
(kecuali lampu depan) sehingga sekolah menjadi sangat gelap dan cahaya yang ada
Cuma lampu lima watt yang biasa mereka pasang sendiri. Tapi mereka suka sekali
sama keadaan kayak gitu. Gelap.”(narasi halaman 46)
Sekolah
merupakan salah satu tempat favorit yang menurut mereka indah. Kelima sahabat
itu terkadang ke sekolah tiap malam walaupun mereka semua sudah alumni.
“Sekelebat, pemandangan indah
lewat di matanya. Hatinya yang merasa jauh dari rumah menikmati pemandangan
tidak biasa di depannya. Zafran pun berdiri dan menyembulkan kepalanya ke luar
jendela yang sudah tidak berkaca. Angin subuh dengan berbagai cara ingin
menceritakan sesuatu kepadanya. .... di antara kabut pagi pedesaan yang masih
enggan menarik selimut putihnya dari alam pagi, di antara para petani dan
kerbaunya yang sedang berjalan pelan di pematang sawah berkabut pagi. ....... “
“Zafran membuka lagi matanya
perlahan. Serombongan penduduk desa sedang menunggu kereta lewat di
perlintasan, wajah-wajah penuh senyum melihat kereta, petani dengan cangkul dan
bakul selempang kain, ........ Mulut Zafran mendesis pelan, “Negeri ini indah
sekali....”
(narasi-monolog halam 177-178)
Perjalan
naik kereta api Matarmaja kelima sahabat setelah berpisah selama tiga bulan ini
disuguhi oleh keindahan alam daerah pedesaan Jogja. Hamparan sawah-sawah dengan
kabut putih serta senyum-senyum petani desa dan hembusan angin pagi yang sangat
segar memanjakan mata dan perasaan mereka selama perjalanan menuju Malang.
“Eh... eh... lihat ke luar deh,” zafran menengok ke jendela luar.
Hamparan
dedaunan kuning kecoklatan nampak bertebaran di depan mereka, berpadu dengan
tonggak-tonggak besar menhitam pohon jati.
“Ya
ampun, keren banget....,” Dinda mendesis kagum.
Riani
geleng-geleng kepala. Di antara sinar matahari pagi, di mata mereka semuanya
kuning sekali. (dialoh halaman 181)
Penggalan
dialog antar tokoh juga dapat menggambarkan latar atau setting. Dari dialog
tersebut dapat diketahui keindahan hutan jati yang berwarna kekuningan.
Selanjutnya,
perjalanan mereka telah sampai di kota malang. Dan sesuai jadwal yang telah
direncanakan, mereka akan melakukan perjalan menuju Puncak Mahameru.
“Keenam sahabat itu dan seluruh penumpang
jip terkesima dengan pemandangan di depan,
sesaat jip berbelok menanjak perlahan. Suara tarikan napas takjub terdengar
jelas di antara bunyi mesin jip. Mahameru berdiri megah dan agung seperti
tertegun bijak menyambut mereka. Asapnya merengkuh langit sore dengan awan
putih bergumpal yang melingkar seperti syal raksasa. ... Hutan hijau mulai
menusuk mulai memberi tahu pada siapa mereka akan menuju, di mana mereka akan
berdiri nantinya. Hutan hijau yang mengapit jalan desa kecil itu seperti
berbaris memberi salam selamat datang. Keenam sahabat itu menarik nafas panjang
sekali.” (Narasi halaman 215)
Penggambaran
pemandangan Mahameru yang digambarkan pengarang begitu panjang, dan ini membuat
pembaca bisa membayangkan bagaimana keadaan disana sesungguhnya. Saat itulah
mereka akan memulai pendakian menuju puncak tertinggi seJawa itu. Yaitu puncak
Mahameru dengan segala keindahannya.
“Dan... kita di Mahameru....”
Keenam anak manusia itu seperti melayang saat menjajakkan
kaki di tanah tertinggi di Pulau Jawa. Waktu seperti berhenti, dataran luar berpasir
itu seperti sebuah papan besar menjulang indah di ketinggian menggapai langit,
di sekeliling mereka tampak langit biru—sebiru birunya—dengan sinar matahari
yang begitu dekat” (narasi halaman 342)
Narasi
dari penggambaran cerita yang merupakan akhir dari perjalan mereka menuju
puncak Mahameru. Disana mereka melaksanakan upacara 17 Agustus di atas puncak
Mahameru. Keindahan dan kekhidmatan pelaksanaan upacara yang sangat berbeda
dengan upacara-upacara yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Di sekitaran
pemandangan dan suasana yang sangat indah dan menakjubkan, mereka merayakan
kebersaaman mereka dan kebersamaan seluruh rakyat Indonesia dalam ulang tahun kemerdekaan Tanah Air mereka tercinta.
Tempat yang paling indah, Indonesia.
Demikianlah sekilas penggambaran
keindahan yang ada pada novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro. Dengan penggambaran
dan penjelasan yang panjang namun bisa membawa pembaca masuk ke dalam cerita,
membayangkan apa yang terjadi. Sebagai apresiator berbagai narasi dan monolog dalam
cerita tersebut mampu membawa pembaca masuk ke dalam cerita.
PENUTUP
Keindahan dapat digambarkan lewat
tulisan-tulisan yang bisa menghipno-tis. Pengarang yang baik adalah yang mampu
membawa pembaca masuk ke dalam cerita yang dibuatnya. Keindahan pada prosa fiksi
dapat dimunculkan lewat dialog antar tokoh, narasi, dan monolog. Kemenarikan
dari novel ini adalah bagaimana pengarang mampu membawa memanjakan pembacanya
dengan penggambaran pemandangan-pemandangan yang indah dan suasana yang sangat
lain, sehingga meskipun novel ini termasuk tebal, namun pembaca tidak akan
bosan mambacanya. Karena penyajian pemandangan-pemandangan yang menakjubkan
dari pengarang sangat bagus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar