Keunikan tokoh Kugy dalam novel Perahu Kertas karya Dewi ‘dee’ Lestari
Tokoh
dan penokohan erat kaitannya dengan salah satu unsur pengembang karya sastra.
Tokoh dan penokohan bisa terjadi pada alur, setting atau latar, sudut pandang. Tokoh
dan penokohan merupakan salah satu cara dari pengarang untuk mengembangkan
sebuah karya sastra. Dengan adanya tokoh dan penokohan, cerita akan lebih
menarik perhatian. Terlebih jika tokoh tersebut merupakan tokoh yang memiliki
keunikan tersendiri merupakan hal lain yang dapat menarik minat pembaca.
Yang
dimaksud tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan
di dalam berbagai peristiwa cerita. Istilah watak digunakan dengan arti tabiat,
sifat kepribadian (Sudjiman. 1991;16)
Sehingga
tokoh ialah sosok yang digambarkan oleh penulis sebagai orang yang mengalami
peristiwa dan yang menjalankan cerita. Selain itu, tokoh juga diibaratkan
sebagai manusia yang sesungguhnya yang memiliki watak, karakter, kepribadian.
Dengan kata lain, tokoh adalah perwujudan lain dari pandangan penulis yang dia
tuliskan dan di-imajinasikan ke dalam sebuah cerita fiksi.
Tokoh
memiliki karakter, kepribadian yang disebut dalam kajian prosa fiksi sebagai
penokohan. Penokohan tidak hanya tertuju kepada tokoh antagonis dan prontagonis,
tokoh baik dan tokoh jahat. Namun penokohan juga bisa sebagai pemberi ciri dan
warna pada tokoh tersebut. Bisa digambarkan dengan kelakuan yang konyol, unik, nyleneh , dan lain sebagainya.
Semua
unsur cerita rekaan, termasuk tokohnya, bersifat rekaan semata-mata. Tokoh di
dalam dunia nyata tidak ada. Boleh jadi kemiripannya dengan individu tertentu
di dalam hidup ini; artinya, ia memiliki sifat-sifat yang sama dengan seseorang
yang kita kenal di dalam hidup kita. Memang, hal itu dilakukan agar dapat
diterima oleh pembaca. Dalam makalah ini akan dibahas tentang keunikan tokoh
yang terdapat pada cerita fiksi berjudul Perahu
Kertas karya Dewi Lestari.
B.
Pembahasan
“Cewek bertubuh mungil itu tak
henti-hentinya bergerak, berjingkat, kadang melompat, bahkan kakinya menendangi
udara. Padahal kegiatannya hanyalah mengemas buku ke dalam dus, tapi dia
memutuskan untuk mengombinasikannya
dengan berjoget.” (narasi halaman 4)
“Kupingnya tersumbat earphone yang
mengumandangkan musik new wave koleksi abangnya. Dia baru lulus SMA
sebulan yang lalu, tapi selera musiknya sama dengan anak SMA lima belas tahun
yang lalu. Semua orang selalu bilang,
yang namanya Kugy itu luarannya doang up-to-date,
tapi dalamannya out-of-date. Yang dikatai malah cuek cenderung bangga.
Kugy tetap bersikeras bahwa musik tahun ’80, terkecuali fashion-nya,
sangat keren dan genius.” (narasi halaman 4)
“Karma-karma-karma-karma-karma
Chameleon ... you come and go ... you come and gooo ...” Kugy mengipas-ngipas sebuah
buku sambil menandak-nandak. Ia berusaha keras tidak melihat cermin karena
kelebatan bayangannya saja sudah membuat ia ingin terpingkal-pingkal. Jelek
banget, decaknya. Terkagum-kagum sendiri”
(dialog monolog halaman 5)
Dimulai dari pengarang memperkenalkan sosok atau tokoh utama
dalam novel Dewi Lestari yaitu seorang yang bernama Kugy. Dia merupakan anak
yang cuek, simpel, aktif, dan terkadang tidak masuk akal. Dari penggalan narasi
di atas kita akan mengetahui jika Kugi
adalah orang yang out-of-date.
“Keshia ikut menengok ke ibunya
dengan tatapan putus asa, “Tuh, kan, Ma? Dia aneh banget, kan?” (dialog halaman
5)
Bagaimana
sosok seorang Kugy yang digambarkan dengan tampilan dan penokohan yang aneh
seperti yang terdapat pada penggalan cerita di atas.
“Pilihannya mengambil jurusan Sastra adalah
buah dari cita-citanya yang ingin jadi penulis dongeng. Pilihannya kuliah di
kota lain adalah buah dari khayalannya untuk hidup mandiri. Di luar dari
perilakunya yang serba spontan, Kugy merencanakan dengan matang perjalanan
hidupnya. Ia tahu alasan di balik semua langkahnya, dan benar-benar serius
menangani impiannya.” (narasi halaman 8-9)
Narasi
di atas menceritakan alasan Kugy memilih jurusan sastra, yaitu ingin menjadi seorang
penulis dongeng. Sebuah cita-cita yang terdengar aneh, namun itulah Kugy dengan
segala keanehannya.
Keanehan
lain dari sosok Kugy ialah dia merasa sebagai agen dewa neptunus yang diutus
untuk menyampaikan segala pesan yang ada untuk disampaikan kepada Neptunus.
Maka dari itu, paham yang diyakininya sejak dia masih kecil berlanjut hingga
saat ini. Menghanyutkan perahu kertas di aliran air manapun. Karena ia yakin,
air dari manapun akhirnya akan ke laut.
“memberi tahu bahwa zodiak
Kugy adalah Aquarius. Simbolnya air. Kugy kecil lalu berkhayal dirinya adalah
anak buah Dewa Neptunus yang diutus untuk tinggal di daratan. Seperti mata-mata
yang rutin melapor ke markas besar, Kugy percaya bahwa ia harus menulis surat
untuk Neptunus dan melaporkan apa saja yang terjadi dalam hidupnya” (narasi halaman 13)
“Air sungai bakal sampai ke laut?”
Karel mengangguk.
“Air empang bakal sampai ke laut?”
Karel mengangguk lagi.
“Air selokan bakal sampai ke laut?”
Karel masih mengangguk. (dialog halaman 13)
C. Kesimpulan
Cerita yang berakhir dengan pertemuan antara Kugy dan
Keenan tidak terelakkan. Bahkan empat sekawan ini bertemu lagi. Semuanya dengan
kondisi yang sudah berbeda. Dan kembali, hati mereka diuji. Kisah cinta dan
persahabatan selama lima tahun ini pun berakhir dengan kejutan bagi semuanya.
Akhirnya setiap hati hanya bisa kembali pasrah dalam aliran cinta yang mengalir
entah ke mana. Seperti perahu kertas yang dihanyutkan di parit, di empang, di
kali, di sungai, tapi selalu bermuara di tempat yang sama. Meski kadang pahit,
sakit, dan meragu, tapi hati sesungguhnya selalu tahu.
Cerita dengan kekhasan bergaya anak muda ini memang menarik untuk dibaca
berulang-ulang. Karena bahasa yang digunakanpun tidak terlalu berat seperti
kebanyakan cerita fiksi pada zaman dahulu. Selain itu tentang penggambaran
tokoh-tokohnya yang unik dan lucu menambah daya tarik tersendiri dari buku ini.
Sudjiman, P. 1991. Memahami
Cerita Rekaan. Jakarta.
Lestari, D. 1999. Perahu
Kertas. Jakarta. PT Bentang Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar